ألسلامعليكم ورحمةالله وباوكته
“Innaa Lillahi Wainna Ilaihi Rhoji’un”
(Sesungguhnya AKu Milik Allah dan Akan Kembali Pada Allah)
Telah Berpulang Santri Kenthir atas kepimilikan segala yang ada dalam
dirinya kembali kepada Allah.
Telah mati dengan tenang kehidupan Socrates yang ada pada diri santri
kenthir.
Yah, sekarang Socrates itu telah mati pada dirinya.
Dulu, Santri Kenthir selalu menganggap bahwa yang terlihat oleh mata dan
yang diterima oleh pikiran adalah keraguan. Alam raya dan Alam fikiran
merupakan hal yang harus dipertanyakan. Santri Kenthir tahu, tapi
ketahuannya sedikit sehingga ia perlu mempertanyakan segala hal agar
pengetahuannya yang sedikit itu menjadi ketahuannya yang sebenarnya dan
tidak disangsikan lagi.
Bukan sembarang pertanyaan tapi Santri Kenthir sering mempertanyakan
hal-hal yang mendasar. Setiap jawaban selalu dipertanyakan lagi sehingga
benar-benar menjadi jawaban yang mutlak yang tak bisa dipertanyakan
lagi
Seiring waktu setiap jawaban mutlak yang diperoleh Santri Kenthir tak
cukup kuat bersemayam hidup dalam dirinya.
Lalu ia mati dengan sendirinya dalam jiwa Santri Kenthir… Inna lilla hi
wainna ilahi ro ji`un.
Selanjutnya, kebangkitan dari kematian terjadi lagi dalam diri Santri
Kenthir. Jawaban-jawaban mutlak yang telah mati, hidup kembali menjadi
dogma-dogma pengetahuan, logika, ajaran-ajaran kebanggaan, dan menjadi
tradis/ ritual kehidupannya.
Santri Kenthir memandang kebangkitan hidupnya adalah segala-galanya dari
yang lain. Sering berkoar-koar di pasar wacana, “Aku berfikir maka Aku
ADa”. Sering bertindak sembarangan, “Aku berkehendak Maka Aku Ada”.
Bahkan na`udzu billah Santri Kenthir sering pula tak peduli pada alam
raya dan sosial sekitarnya, ” Aku berkuasa maka Aku ada”. “The god is
death”.
Bila ia diperingatkan oleh kondisi yang menekan, jawabannya, “aKu adalah
manusia Super Karenanya segalanya akulah penentu atas bahagia dan
deritaku. Bukan oleh yang lainnya!”
Aduh kok jadi sesuatu banget nih Santri Kenthir!
“Alam Raya, alam sosial dan alam ghoib tertantang mematikan kembali
kehidupan Santri Kenthir”
Apalah arti diri seorang Santri Kenthir jika sudah di gelanggang
pertarungan mempertahankan dirinya dengan kekuatan ALam raya dan Alam
sosial.
Sempoyonganlah ia. Pingsan berkali-kali, “Seperti di tengah gurun pasir
tandus teramat panas ia mengira bayang-bayang fatamorgana adalah air
kehidupannya, setelah dikejar semakin ia tergelepar karenanya.”
Sungguh tragis nasib Santri Kenthir. Setengah hidup, setengah mati ia
terus saja menjalani proses hidupnya. “Harus menerima kekalahan. Harus
legowo pada kegagalan namun hidup harus dilanjutkan. Berjalan tertatih
dengan kaki penuh luka, penuh nanah”.
Haha…masih belum mati juga nih, santri Kenthir.
Agar ia tetap hidup, maka ia harus tetap berimajinasi. Segalanya apa
yang telah menjadikan Santri Kenthir tragis dan bahagia adalah hasil
olah imajinasi. Segalanya yang ada dalam diri Santri Kenthir dan yang
ada diluar dirinya adalah Imajinasi.
“Kebenaran adalah Imajinasi. Kesalahan adalah Imajinasi. Tak ada
kebenaran. Tak ada kesalahan. Karena semua adalah imajinasi”
Kebenaran ada karena di topang oleh kekuasaan. Segalanya makna ada dan
eksis, karena ada kuasa yang menguatkannya. Kuasa makna ada karena
manusia mengimajinasikannya.
Maka, segalanya adalah manusiawi jika antara makna, kuasa, dan imajinasi
saling berkelindan dalam diri Santri Kenthir dan diluar diri Santri
Kenthir.
Ha ha..Santri Kenthir pun berubah jadi manusiawi. Menjadi manusiawi
berarti kesementaraan.
Berarti pula imajinasi, makna dan kuasa yang telah berkelinadan dalam
diri Santri Kenthir pun akan mudah punah, lantaran bersifat sementara.
Sementara sisi lain Imajinasi, makna, dan kuasa dalam diri Santri
Kenthir tidak menginginkan kesementaraan dan cepat punah. Padahal apa
yang di imajinasikannya, dinikmatinya, dikuasainya selalu menginginkan
keabadian.
Yah keabadian hidup bagi diri Santri Kenthir. Bukan Kesementaraan. Bukan
subyektifitas.
Itulah, begitulah, Seiring dengan keyakinan diri Santri Kenthir yang
menganggap segalanya adalah imajinasi dan bersifat fana dengan keinginan
diri Santri Kenthir untuk hidup dalam keabadian maka, ia pun
terjerembab kedalam kematian ketiga.
“Innalillahi wa inna ilahi roji`un.”
“Kun Faayakuun. Tidak karena pikiran, tidak karena imajinasi, tidak
karena oleh, dari diri Santri Kenthir, maupun oleh rekayasa alam makna.
Ataupun kekuatan apa saja (alam raya, alam sosial, alam goib). Santri
Kenthir menjadi hidup dan dihidupkan kembali oleh Allah. Yang
menciptakan dan maha menentukan hidup dan kematian Santri Kenthir.”
Kini keabadian hidup yang telah mati dalam diri Santri Kenthir di
hidupkanNya kembali. Pikirannya diterangkan kembali. Dan hatinya sedang
dibersihkannya dari selain Allah atasi segala kotoran makna, imajinasi
dan kuasa.
Kini Santri Kenthir dihidupkan kembali oleh kehendakNya untuk tunduk
pada takdir-takdir Allah. Dihidupkan kembali untuk melanjutkan
perjalananannya menuju keabadian yang takkan bertemu dengan
kesementaraan lagi.
Inna lillahi wa innailaihi rhoji`un. (Sesungguhnya AKu Milik Allah dan
Akan Kembali Pada Allah)
ane dapet ne cerita dari orang laen,,,,
http://edukasi.kompasiana.com