Meningkatkan konsentrasi sangatlah penting untuk mengoptimalkan kompetensi kita dalam menyelesaikan setiap kegiatan atau pekerjaan. Pengaruh konsentrasi yang kurang baik, sudah pasti akan berakibat buruk pada hasil dari semua kegiatan atau pekerjaan. Meskipun pada dasarnya kompetensi/kemampuan kita untuk menyelesaikan pekerjaan itu terbilang baik.
Ada seorang pengunjung yang berkomentar dalam salah satu artikel saya mengatakan bahwa terkadang seorang sangat sulit untuk memulai suatu pekerjaan karena tidak terkonsentrasinya pemikiran. Saya setuju dengan pendapat ini.
Konsentrasi itu berhubungan erat dengan aktivitas otak. Lebih sederhananya, saya mengibaratkan konsentrasi seperti sebuah pipa pada bak penampungan air. Saat pipa (konsentrasi) masih dalam keadaan baik dan bersih, maka dapat mengalirkan air yang kencang. Tapi ketika mulai tersumbat misalnya oleh sampah, kotoran, atau terhimpit benda lain apalagi kalau sampai pecah. Otomatis pipa (konsentrasi) tidak dapat lagi mengalirkan air secara sempurna.
Berarti, menurunya konsentrasi bisa disebabkan oleh faktor dari dalam sepeti; masalah pribadi, kelelahan, dan masalah lainnya. Juga oleh faktor dari luar seperti; kebisingan, tata ruang, dan perangkat kerja. Penyebab dari menurunnya konsentrasi inilah yang harus kita bersihkan untuk mengembalikan konsentrasi.
Beberapa cara meningkatkan konsentrasi sebenarnya sudah saya sampaikan pada artikel tentang Empat Cara Bekerja yang Baik. Terutama yang disebabkan karena faktor luar atau lingkungan.
Tapi disini saya mau menambahkan satu tips lagi, khusus untuk menghadapi menurunnya konsentrasi akibat faktor dalam diri kita. Lalu, apa tipsnya? Rileks, santai, atau orang sering mengatakan slow man…
Mudah bukan? Tidak ini sulit!
Apalagi bagi mereka sering seorang mengalami penurunan konsentrasi setiap kali melakukan aktivitas. Baik dalam konsentrasi bekerja, konsentrasi belajar, atau kegiatan apapun. Ini masalah pola pikir dan kebiasaan. Tapi kalau mau mengatasinya, berikut cara yang mungkin patut dicoba.
Ikuti langkah ini. Saat sedang bekerja dan mulai merasa kehilangan konsentrasi. Bersandar lalu pejamkan mata. Coba rasakan bagian tubuh mana yang paling besar mengalami ketegangan saat melakukan kegiatan atau pekerjaan Anda.
Tarik nafas dalam-dalam sambil berusaha “mengobrol” dalam hati dengan bagian yang tegang tersebut tentang keindahan khayalan yang bisa Anda bayangkan. Lakukan beberapa saat lalu mulai rasakan kembali efeknya.
Bagaimana, apakah cara untuk meningkatkan konsentrasi ini layak dicoba? Semua tergantung Anda.
Kalau dijawab dengan menggunakan teori dan praktek yang sudah umum, mungkin penjelasan yang bisa diterima adalah antara lain:
1. Kecepatan
Kemampuan kita dalam berkonsentarsi akan mempengaruhi kecepatan dalam menangkap materi yang kita butuhkan. Seorang pelajar / mahasiswa yang punya kemampuan bagus dalam berkonsentrasi akan lebih cepat bisa menangkap materi yang seharusnya ia serap. Seorang karyawan yang bisa berkonsentrasi, ia akan cepat menangkap (menguasai) berbagai jenis keahlian yang ia butuhkan. Seorang olahragawan yang bisa berkonsentrasi dengan bagus akan lebih cepat dalam menguasi tehnik-tehnik dan jurus-jurus yang ia butuhkan untuk menjadi bintang. Saking pentingnya konsentrasi ini, Kurt Vonnegut pernah menulis begini: “The secret to success in any human endeavor is total concentration”.
2. Kekuatan
Konsentrasi, adalah sumber kekuatan. Apa hubungannya antara konsentrasi dengan kekuatan? Satu dari sekian penjelasan yang bisa menggambarkannya itu adalah cara kerja pikiran. Konon, pikiran kita akan bekerja berdasarkan “ingat” dan “lupa”. Pikiran kita tidak bisa bekerja untuk lupa dan untuk ingat dalam satu waktu. Lupa dan ingat akan dilakukan secara bergantian dalam tingkat kecepatan yang sangat maha super. Kalau anda ingat kebaikan orang, saat itu juga kita melupakan kejelekannya. Sebaliknya, kalau kita mengingat kejelekannya, maka saat itu juga kita melupakan kebaikannya. Teori Neouroscience-nya mengatakan bahwa otak manusia ini berubah sesuai dengan penggunaan. Kemana kita mengarahkan konsentrasi akan diikuti dengan perubahan struktur fisik otak itu (Neuroscience, Funderstanding, 1998-2001)
Kaitannya dengan katahanan seseorang terletak pada porsi dan frekuensinya. Kalau pikiran ini lebih sering kita gunakan untuk mengingat atau melihat hal-hal positif dari diri kita, dari keadaan dan dari orang lain di sekitar kita, maka kesimpulan yang tercetak di dalam diri kita adalah kesimpulan positif. Kalau sudah kesimpulan ini yang terbentuk, maka energi yang muncul adalah energi positif. Kekuatan dalam menghadapi kerasnya kenyataan hidup ini terkait dengan energi positif. Berdasarkan pengalamannya, Bruce Lee menyimpulkan bahwa seorang jagoan itu sebenarnya adalah manusia biasa. Bedanya adalah kemampuannya dalam menggunakan konsentrasi seperti sinar laser.
Contoh yang dekat itu misalnya kita gagal, entah itu gagal masuk UMPTN atau gagal masuk kerja. Jika yang kita ingat dan yang kita lihat adalah sisi-sisi yang mengecewakan dari kegagalan itu dan dari keadaan itu, maka sekuat apapun fisik kita pasti akan terasa berat untuk melangkah ke opsi lain. Akan beda rasanya ketika kita masih bisa melihat opsi dan alternatif lain atau bisa mengingat-ingat tujuan hidup kita dalam potret yang lebih besar (perspektif jangka panjang).
Meski kegagalan itu tetaplah kegagalan, tetapi energi yang keluar dari diri kita berbeda. Yang satu menambah kekuatan dan yang satunya malah mengurangi kekuatan. Untuk bisa mengingat yang positif, untuk bisa cepat melupakan hal yang negatif, dan untuk bisa melihat yang positif, tentu ini terkait dengan kemampuan berkonsentrasi. Mahatma Gandhi menggunakan teknik “ingat” dan “lupa” untuk memperkuat perjuangannya. Ketika dirinya hampir mau putus asa menghadapi penjajahan, Gandhi kemudian memprogram pikirannya untuk ingat bahwa perjuangan menegakkan kebenaran itu selalu akan berakhir menang meski kelihatannya kalah di babak awal.
Dengan kata lain, ketahanan seseorang itu tidak semata-mata terkait dengan kekuatan fisiknya. Bukti-bukti yang ada lebih sering menunjukkan bahwa ketahanan itu terkait dengan kemana seseorang memfokuskan konsentrasinya. Konsentrasi, karena itu disebut sumber kekuatan. Kalau anda melihat kesulitan sebagai sebagai kesulitan, ini rasanya seperti bara api. Tapi kalau kita melihat kesulitan sebagai rangkaian yang terpisahkan dari tujuan yang kita inginkan, ini rasa-batinnya akan beda. Kesulitan di sini kita anggap sebagai tantangan (challenge), bukan sebagai tekanan (pressure and tense).
3. Keseimbangan
Semakin bagus kemampuan Anda dalam berkonsentrasi, maka semakin cepat Anda bisa menangkap signal dari dalam diri tentang apa yang kurang, apa yang kebablasan, apa yang perlu dilakukan atau apa yang perlu dihindari, apa yang baik dan apa yang tidak baik. Dengan ini semua maka hidup kita cepat seimbang atau stabil. Sopir yang punya kemampuan berkonsentrasi bagus akan tajam sensitivitasnya. Kalau membaca penjelasan para ahli seputar Kecerdasan Multiple (Multiple Intelligence), konsentrasi ini terkait dengan apa yang mereka sebut dengan istilah Intra-personal intelligence, yaitu: kemampuan seseorang untuk bisa “connect” dengan dirinya (Seven Ways of Knowing: Teaching for Multiple Intelligences, David Lazear. 1991)
Temuan di bidang olahraga (Calming The Mind So The Body Can Perform, Robert M. Nideffer, Ph.D., 1995) mengungkap bahwa seorang atlet yang “being in zone” memiliki kualitas antara lain:
§ Punya perasaan dapat mengontrol dirinya secara penuh dan punya kepercayaan diri lebih kuat
§ Bisa memperkirakan apa yang akan terjadi dalam pertandingan sebelum benar-benar terjadi
§ Waktu berjalan secara normal
§ Objek tampak lebih luas dan tampak lebih gamblang (pandangan yang cerah)
§ Bisa beraksi dengan usaha yang tidak terlalu memeras keringat (semua berjalan secara “flow”)
§ Munculnya rasa senang / riang
§ Bisa menampilkan kualitas permainan yang melebih harapan
Jadi, konsentrasi adalah penggunaan yang proporsional terhadap pikiran untuk bisa fokus pada sasaran yang kita inginkan. Ini berarti konsentrasi itu adalah jalan-tengah (the proper way) di antara dua sisi yang ekstrim, yaitu: distraksi dan “tensi” (tension). Kalau kita tegang, biasanya bukan konsentrasi yang muncul, tetapi adalah over-concentration (pandangan sempit). Sebaliknya, bila kita terkena distraksi: sesuatu yang tidak penting, tidak mendesak dan tidak prioritas untuk kita pikirkan, maka ini adalah under-concentration (ngelantur).
Sebab-sebab
Apa yang menyebabkan seseorang sulit berkonsentrasi? Wah, sebab-sebabnya tentu banyak. Ini terkait dengan lapisan yang menyusun diri kita. Ada lapisan raga dan ada lapisan jiwa. Jika raga kita bermasalah, katakanlah sakit gigi, ini juga bisa mengganggu konsentrasi. Begitu juga kalau kita lapar atau belum ngopi bagi yang sudah kecanduan. Namun begitu, jika masalah ini sudah berlanjut (akut), umumnya ini terkait dengan soal jiwa (batin). Inipun terkadang sulit dimutlakkan dengan satu penjelasan. Karena itu, di bawah ini saya mencoba merangkum beberapa penjelasan yang mudah-mudahan relevan dengan apa yang anda rasakan:
1.Gangguan keseimbangan emosional
Berbagai studi telah mengungkap bahwa stress, distress, depresi dan lain-lain bisa merusak memori (impaired memory) dan konsentrasi (inability to concentrate). Kalau kita kembalikan ke awal (akar), munculnya berbagai gangguan mental itu terkait dengan persoalan pola hidup sehat (positif). Ini sepertinya sudah semacam “hukum alam”. Semakin banyak pikiran negatif, sikap negatif, atau tindakan negatif yang kita biarkan, ya semakin rentan kita terhadap berbagai gangguan itu. Apa ada orang yang selalu positif? Tentu tidak ada. Yang membedakan adalah kemampuan “membersihkan” diri. Konon, 60-75 % penyakit fisik itu terkait dengan soal pikiran yang tidak sehat.
2. Kekosongan emosi
Mahasiswa / pelajar yang sudah tidak memiliki alasan kuat kenapa melanjutkan sekolah, apa targetnya, apa tujuan besarnya, apa program-program pribadinya untuk mencapai target itu, akan cenderung mudah merasa kosong batinnya, hambar hidupnya, atau kecil kepeduliaannya terhadap statusnya sebagai pelajar. Kalau sudah begini, konsentrasi belajar pun rendah. Peduli akan memunculkan kemauan yang keras. Kemauanlah yang membuat hidup kita dinamis, selalu terisi dari waktu ke waktu.
Begitu juga dengan pasangan rumah tangga yang sudah tidak jelas lagi alasan-alasannya, arahnya, program-programnya. Kekosongan batin ini kerap mereduksi konsentrasi dalam membangun keluarga (to develop). Kalau konsentrasi terus menurun, ya tentunya banyak penyimpangan yang muncul. Ini bisa dari yang masih berstadium rendah sampai ke yang berstadium tinggi, misalnya saja perceraian atau kehampaan rasa ber-rumah-tangga.
3.Manajemen pikiran
Konon, pikiran kita itu memproduksi 60.000 –an percikan pemikiran (thought) dalam setiap harinya. Jumlah yang sebanyak itu tentu ada yang melawan dan ada yang mendukung. Nah, supaya bisa mendukung, maka dibutuhkan manajemen. Salah satu unsur manajemen yang paling mendasar di sini adalah kemampuan menangkap (catching). Menangkap di sini maksudnya kita mengetahui apa yang dikerjakan oleh pikiran kita. Kita menyadari apa yang sedang dipikirkan oleh pikiran kita.
Kalau kita sedang mendengarkan ceramah dosen lalu pikiran kita ngelantur kemana-mana dan kita pun tidak menyadarinya, ya pasti saja ngelanturnya kebablasan. Tapi jika kita cepat mengetahui dan menyadari, ya kita akan cepat bisa mengalihkannya. Artinya, konsentrasi kita bisa rusak lantaran kita tidak cepat mengetahui dan menyadari apa yang sedang dipikirkan oleh pikiran kita.
Bagaimana Mengasah Ketajaman Konsentrasi?
Seperti yang sudah kita bahas, bahwa penyebab menurunnya konsentrasi itu seabrek. Namun begitu, jika kita merasa apa yang sudah kita bahas itu relevan dengan masalah yang kita hadapi, mungkin kita bisa melakukan latihan (drill) di bawah ini:
1.Perjelas target Anda
Target di sini banyak kegunaannya. Selain akan menjadi bimbingan, ia pun bisa mendinamiskan hidup. Dikatakan bimbingan karena kita tidak bisa menyuruhkan pikiran ini berkonsentrasi kalau tidak ada sasarannya. Target adalah sasaran untuk dipikirkan oleh pikiran kita. Pikiran yang kita gunakan untuk memikirkan sasaran demi sasaran akan membuat hidup dinamis. Orang yang hidupnya dinamis dengan target-target yang dimiliki akan jauh dari gangguan dan kekosongan emosi. Jadi, beri tugas pada pikiran untuk memikirkan sasaran, program atau target yang Anda buat.
2. Lakukan dan libatkan
Tentu tidak cukup dengan hanya membuat program atau target di atas kertas. Agar target itu benar-benar bermanfaat dalam membimbing dan mendinamiskan, ya dibutuhkan disiplin diri dalam menjalankannya. Lakukan sesuatu yang dapat mendekatkan anda dengan target yang Anda buat. Selain melakukan sesuatu, hal yang terpenting di sini adalah melibatkan diri pada lingkungan yang pas dengan kita (environment system).
Temukan orang lain yang kira-kira bisa membuat Anda selalu “connect” dengan program atau target Anda. Temukan lingkungan yang sejiwa dengan Anda. Kalau Anda punya target ingin jago di IT, misalnya, tetapi Anda tidak mengenal orang IT, tidak masuk komunitas IT, jauh dari masyarakat IT, ya tentu saja konsentrasi Anda kurang mendapat dukungan. Pedagang ber-komunitas dengan pedagang. Olahragawan atau seniman ber-komunitas dengan orang-orang yang sejiwa dengan mereka. Anda pun perlu mencontoh begitu.
3. Sering-sering berkomunikasi dengan diri sendiri
Ini misalnya menyepi (bukan menyendiri). Menyepi di sini maksudnya Anda memberi ruang dan kesempatan untuk diri sendiri supaya berbicara dengan diri sendiri, self-dialog, self-talk, meditasi, evaluasi, koreksi, refleksi, dan lain-lain. Ini berarti kita tidak perlu ke gunung untuk menyepi. Menyepi dalam pengertian yang luas bisa kita lakukan di tengah keramaian, misalnya di kampus, di kendaraan umum, di perpustakaan, dan lain-lain.
Yang penting esensinya di sini adalah kita “ingat” pada diri kita, memikirkan diri kita, memikirkan target kita, memikiran apa yang sudah kita lakukan. Banyak orang yang hampir tidak pernah memikirkan dirinya dalam arti yang positif. Dari pagi sampai malam yang dipikirin orang lain, ingat orang lain, ngobrol ke sana ke mari tentang orang lain, dan seterusnya. Mestinya yang bagus adalah seimbang.
4.Ciptakan sarana (mean)
Ini bisa dilakukan dengan membuat tulisan, catatan, gambar atau apa saja yang memudahkan kita mengingat dan melihat target, program atau bidang-bidang yang penting menurut kita. Ini bisa kita taruh di buku, di meja, di HP, di komputer, dan lain-lain. Artinya, ciptakan sarana yang membuat pikiran ini mudah melihat dan mengingat. Temukan acara teve atau radio yang mendukung agenda. Baca buku atau koran atau majalah yang mendukung. Temui orang yang bisa diajak ngobrol tentang apa yang kita pikirkan.
5. Tingkatkan kepedulian
Peduli terhadap diri sendiri berbeda pengertiannya dengan mementingkan diri sendiri. Peduli di sini artinya kita berperan seoptimal mungkin berdasarkan status kita. Pelajar yang peduli adalah pelajar yang berusaha berperan seoptimal mungkin sebagai pelajar: ya belajar, ya berorganisasi, ya demo secara positif, ya bergaul, ya mau menghormati guru / dosen, ya macam-macam. Karyawan yang peduli adalah karyawan yang berperan seoptimal mungkin berdasarkan status dirinya sebagai karyawan: ya belajar, ya bisa menerima bimbingan, ya bekerja keras, ya belajar bekerja cerdas, ya tidak ngambek-kan, ya macam-macam.
Kenapa peduli ini penting? Alasannya, ketika kita menolak peranan yang seharusnya kita lakukan berdasarkan status kita, maka yang muncul adalah konflik di batin, stress, depresi, distress, dan lain-lain. Ini biasanya diikuti oleh rombongannya, katakanlah seperti: keinginan yang tidak realistis dan akurat, pikiran yang tidak jelas fokus dan sasarannya, hasil yang tidak pasti, munculnya pikiran-pikiran negatif terhadap diri sendiri, terhadap orang lain dan terhadap keadaan.
Meski kita sering mengasosiasikan konsentrasi itu dengan cara kerja pikiran, tetapi kalau perasaan kita terluka atau terganggu, akibatnya pikiran juga terganggu. Banyak hal yang tidak bisa kita pikirkan dan tidak bisa kita lakukan dengan bagus karena kita sedang menyimpan perasaan yang tidak bagus. Benar nggak begitu? Semoga ini bermanfaat.
Sumber: E-Psikologi
1. Kecepatan
Kemampuan kita dalam berkonsentarsi akan mempengaruhi kecepatan dalam menangkap materi yang kita butuhkan. Seorang pelajar / mahasiswa yang punya kemampuan bagus dalam berkonsentrasi akan lebih cepat bisa menangkap materi yang seharusnya ia serap. Seorang karyawan yang bisa berkonsentrasi, ia akan cepat menangkap (menguasai) berbagai jenis keahlian yang ia butuhkan. Seorang olahragawan yang bisa berkonsentrasi dengan bagus akan lebih cepat dalam menguasi tehnik-tehnik dan jurus-jurus yang ia butuhkan untuk menjadi bintang. Saking pentingnya konsentrasi ini, Kurt Vonnegut pernah menulis begini: “The secret to success in any human endeavor is total concentration”.
2. Kekuatan
Konsentrasi, adalah sumber kekuatan. Apa hubungannya antara konsentrasi dengan kekuatan? Satu dari sekian penjelasan yang bisa menggambarkannya itu adalah cara kerja pikiran. Konon, pikiran kita akan bekerja berdasarkan “ingat” dan “lupa”. Pikiran kita tidak bisa bekerja untuk lupa dan untuk ingat dalam satu waktu. Lupa dan ingat akan dilakukan secara bergantian dalam tingkat kecepatan yang sangat maha super. Kalau anda ingat kebaikan orang, saat itu juga kita melupakan kejelekannya. Sebaliknya, kalau kita mengingat kejelekannya, maka saat itu juga kita melupakan kebaikannya. Teori Neouroscience-nya mengatakan bahwa otak manusia ini berubah sesuai dengan penggunaan. Kemana kita mengarahkan konsentrasi akan diikuti dengan perubahan struktur fisik otak itu (Neuroscience, Funderstanding, 1998-2001)
Kaitannya dengan katahanan seseorang terletak pada porsi dan frekuensinya. Kalau pikiran ini lebih sering kita gunakan untuk mengingat atau melihat hal-hal positif dari diri kita, dari keadaan dan dari orang lain di sekitar kita, maka kesimpulan yang tercetak di dalam diri kita adalah kesimpulan positif. Kalau sudah kesimpulan ini yang terbentuk, maka energi yang muncul adalah energi positif. Kekuatan dalam menghadapi kerasnya kenyataan hidup ini terkait dengan energi positif. Berdasarkan pengalamannya, Bruce Lee menyimpulkan bahwa seorang jagoan itu sebenarnya adalah manusia biasa. Bedanya adalah kemampuannya dalam menggunakan konsentrasi seperti sinar laser.
Contoh yang dekat itu misalnya kita gagal, entah itu gagal masuk UMPTN atau gagal masuk kerja. Jika yang kita ingat dan yang kita lihat adalah sisi-sisi yang mengecewakan dari kegagalan itu dan dari keadaan itu, maka sekuat apapun fisik kita pasti akan terasa berat untuk melangkah ke opsi lain. Akan beda rasanya ketika kita masih bisa melihat opsi dan alternatif lain atau bisa mengingat-ingat tujuan hidup kita dalam potret yang lebih besar (perspektif jangka panjang).
Meski kegagalan itu tetaplah kegagalan, tetapi energi yang keluar dari diri kita berbeda. Yang satu menambah kekuatan dan yang satunya malah mengurangi kekuatan. Untuk bisa mengingat yang positif, untuk bisa cepat melupakan hal yang negatif, dan untuk bisa melihat yang positif, tentu ini terkait dengan kemampuan berkonsentrasi. Mahatma Gandhi menggunakan teknik “ingat” dan “lupa” untuk memperkuat perjuangannya. Ketika dirinya hampir mau putus asa menghadapi penjajahan, Gandhi kemudian memprogram pikirannya untuk ingat bahwa perjuangan menegakkan kebenaran itu selalu akan berakhir menang meski kelihatannya kalah di babak awal.
Dengan kata lain, ketahanan seseorang itu tidak semata-mata terkait dengan kekuatan fisiknya. Bukti-bukti yang ada lebih sering menunjukkan bahwa ketahanan itu terkait dengan kemana seseorang memfokuskan konsentrasinya. Konsentrasi, karena itu disebut sumber kekuatan. Kalau anda melihat kesulitan sebagai sebagai kesulitan, ini rasanya seperti bara api. Tapi kalau kita melihat kesulitan sebagai rangkaian yang terpisahkan dari tujuan yang kita inginkan, ini rasa-batinnya akan beda. Kesulitan di sini kita anggap sebagai tantangan (challenge), bukan sebagai tekanan (pressure and tense).
3. Keseimbangan
Semakin bagus kemampuan Anda dalam berkonsentrasi, maka semakin cepat Anda bisa menangkap signal dari dalam diri tentang apa yang kurang, apa yang kebablasan, apa yang perlu dilakukan atau apa yang perlu dihindari, apa yang baik dan apa yang tidak baik. Dengan ini semua maka hidup kita cepat seimbang atau stabil. Sopir yang punya kemampuan berkonsentrasi bagus akan tajam sensitivitasnya. Kalau membaca penjelasan para ahli seputar Kecerdasan Multiple (Multiple Intelligence), konsentrasi ini terkait dengan apa yang mereka sebut dengan istilah Intra-personal intelligence, yaitu: kemampuan seseorang untuk bisa “connect” dengan dirinya (Seven Ways of Knowing: Teaching for Multiple Intelligences, David Lazear. 1991)
Temuan di bidang olahraga (Calming The Mind So The Body Can Perform, Robert M. Nideffer, Ph.D., 1995) mengungkap bahwa seorang atlet yang “being in zone” memiliki kualitas antara lain:
§ Punya perasaan dapat mengontrol dirinya secara penuh dan punya kepercayaan diri lebih kuat
§ Bisa memperkirakan apa yang akan terjadi dalam pertandingan sebelum benar-benar terjadi
§ Waktu berjalan secara normal
§ Objek tampak lebih luas dan tampak lebih gamblang (pandangan yang cerah)
§ Bisa beraksi dengan usaha yang tidak terlalu memeras keringat (semua berjalan secara “flow”)
§ Munculnya rasa senang / riang
§ Bisa menampilkan kualitas permainan yang melebih harapan
Jadi, konsentrasi adalah penggunaan yang proporsional terhadap pikiran untuk bisa fokus pada sasaran yang kita inginkan. Ini berarti konsentrasi itu adalah jalan-tengah (the proper way) di antara dua sisi yang ekstrim, yaitu: distraksi dan “tensi” (tension). Kalau kita tegang, biasanya bukan konsentrasi yang muncul, tetapi adalah over-concentration (pandangan sempit). Sebaliknya, bila kita terkena distraksi: sesuatu yang tidak penting, tidak mendesak dan tidak prioritas untuk kita pikirkan, maka ini adalah under-concentration (ngelantur).
Sebab-sebab
Apa yang menyebabkan seseorang sulit berkonsentrasi? Wah, sebab-sebabnya tentu banyak. Ini terkait dengan lapisan yang menyusun diri kita. Ada lapisan raga dan ada lapisan jiwa. Jika raga kita bermasalah, katakanlah sakit gigi, ini juga bisa mengganggu konsentrasi. Begitu juga kalau kita lapar atau belum ngopi bagi yang sudah kecanduan. Namun begitu, jika masalah ini sudah berlanjut (akut), umumnya ini terkait dengan soal jiwa (batin). Inipun terkadang sulit dimutlakkan dengan satu penjelasan. Karena itu, di bawah ini saya mencoba merangkum beberapa penjelasan yang mudah-mudahan relevan dengan apa yang anda rasakan:
1.Gangguan keseimbangan emosional
Berbagai studi telah mengungkap bahwa stress, distress, depresi dan lain-lain bisa merusak memori (impaired memory) dan konsentrasi (inability to concentrate). Kalau kita kembalikan ke awal (akar), munculnya berbagai gangguan mental itu terkait dengan persoalan pola hidup sehat (positif). Ini sepertinya sudah semacam “hukum alam”. Semakin banyak pikiran negatif, sikap negatif, atau tindakan negatif yang kita biarkan, ya semakin rentan kita terhadap berbagai gangguan itu. Apa ada orang yang selalu positif? Tentu tidak ada. Yang membedakan adalah kemampuan “membersihkan” diri. Konon, 60-75 % penyakit fisik itu terkait dengan soal pikiran yang tidak sehat.
2. Kekosongan emosi
Mahasiswa / pelajar yang sudah tidak memiliki alasan kuat kenapa melanjutkan sekolah, apa targetnya, apa tujuan besarnya, apa program-program pribadinya untuk mencapai target itu, akan cenderung mudah merasa kosong batinnya, hambar hidupnya, atau kecil kepeduliaannya terhadap statusnya sebagai pelajar. Kalau sudah begini, konsentrasi belajar pun rendah. Peduli akan memunculkan kemauan yang keras. Kemauanlah yang membuat hidup kita dinamis, selalu terisi dari waktu ke waktu.
Begitu juga dengan pasangan rumah tangga yang sudah tidak jelas lagi alasan-alasannya, arahnya, program-programnya. Kekosongan batin ini kerap mereduksi konsentrasi dalam membangun keluarga (to develop). Kalau konsentrasi terus menurun, ya tentunya banyak penyimpangan yang muncul. Ini bisa dari yang masih berstadium rendah sampai ke yang berstadium tinggi, misalnya saja perceraian atau kehampaan rasa ber-rumah-tangga.
3.Manajemen pikiran
Konon, pikiran kita itu memproduksi 60.000 –an percikan pemikiran (thought) dalam setiap harinya. Jumlah yang sebanyak itu tentu ada yang melawan dan ada yang mendukung. Nah, supaya bisa mendukung, maka dibutuhkan manajemen. Salah satu unsur manajemen yang paling mendasar di sini adalah kemampuan menangkap (catching). Menangkap di sini maksudnya kita mengetahui apa yang dikerjakan oleh pikiran kita. Kita menyadari apa yang sedang dipikirkan oleh pikiran kita.
Kalau kita sedang mendengarkan ceramah dosen lalu pikiran kita ngelantur kemana-mana dan kita pun tidak menyadarinya, ya pasti saja ngelanturnya kebablasan. Tapi jika kita cepat mengetahui dan menyadari, ya kita akan cepat bisa mengalihkannya. Artinya, konsentrasi kita bisa rusak lantaran kita tidak cepat mengetahui dan menyadari apa yang sedang dipikirkan oleh pikiran kita.
Bagaimana Mengasah Ketajaman Konsentrasi?
Seperti yang sudah kita bahas, bahwa penyebab menurunnya konsentrasi itu seabrek. Namun begitu, jika kita merasa apa yang sudah kita bahas itu relevan dengan masalah yang kita hadapi, mungkin kita bisa melakukan latihan (drill) di bawah ini:
1.Perjelas target Anda
Target di sini banyak kegunaannya. Selain akan menjadi bimbingan, ia pun bisa mendinamiskan hidup. Dikatakan bimbingan karena kita tidak bisa menyuruhkan pikiran ini berkonsentrasi kalau tidak ada sasarannya. Target adalah sasaran untuk dipikirkan oleh pikiran kita. Pikiran yang kita gunakan untuk memikirkan sasaran demi sasaran akan membuat hidup dinamis. Orang yang hidupnya dinamis dengan target-target yang dimiliki akan jauh dari gangguan dan kekosongan emosi. Jadi, beri tugas pada pikiran untuk memikirkan sasaran, program atau target yang Anda buat.
2. Lakukan dan libatkan
Tentu tidak cukup dengan hanya membuat program atau target di atas kertas. Agar target itu benar-benar bermanfaat dalam membimbing dan mendinamiskan, ya dibutuhkan disiplin diri dalam menjalankannya. Lakukan sesuatu yang dapat mendekatkan anda dengan target yang Anda buat. Selain melakukan sesuatu, hal yang terpenting di sini adalah melibatkan diri pada lingkungan yang pas dengan kita (environment system).
Temukan orang lain yang kira-kira bisa membuat Anda selalu “connect” dengan program atau target Anda. Temukan lingkungan yang sejiwa dengan Anda. Kalau Anda punya target ingin jago di IT, misalnya, tetapi Anda tidak mengenal orang IT, tidak masuk komunitas IT, jauh dari masyarakat IT, ya tentu saja konsentrasi Anda kurang mendapat dukungan. Pedagang ber-komunitas dengan pedagang. Olahragawan atau seniman ber-komunitas dengan orang-orang yang sejiwa dengan mereka. Anda pun perlu mencontoh begitu.
3. Sering-sering berkomunikasi dengan diri sendiri
Ini misalnya menyepi (bukan menyendiri). Menyepi di sini maksudnya Anda memberi ruang dan kesempatan untuk diri sendiri supaya berbicara dengan diri sendiri, self-dialog, self-talk, meditasi, evaluasi, koreksi, refleksi, dan lain-lain. Ini berarti kita tidak perlu ke gunung untuk menyepi. Menyepi dalam pengertian yang luas bisa kita lakukan di tengah keramaian, misalnya di kampus, di kendaraan umum, di perpustakaan, dan lain-lain.
Yang penting esensinya di sini adalah kita “ingat” pada diri kita, memikirkan diri kita, memikirkan target kita, memikiran apa yang sudah kita lakukan. Banyak orang yang hampir tidak pernah memikirkan dirinya dalam arti yang positif. Dari pagi sampai malam yang dipikirin orang lain, ingat orang lain, ngobrol ke sana ke mari tentang orang lain, dan seterusnya. Mestinya yang bagus adalah seimbang.
4.Ciptakan sarana (mean)
Ini bisa dilakukan dengan membuat tulisan, catatan, gambar atau apa saja yang memudahkan kita mengingat dan melihat target, program atau bidang-bidang yang penting menurut kita. Ini bisa kita taruh di buku, di meja, di HP, di komputer, dan lain-lain. Artinya, ciptakan sarana yang membuat pikiran ini mudah melihat dan mengingat. Temukan acara teve atau radio yang mendukung agenda. Baca buku atau koran atau majalah yang mendukung. Temui orang yang bisa diajak ngobrol tentang apa yang kita pikirkan.
5. Tingkatkan kepedulian
Peduli terhadap diri sendiri berbeda pengertiannya dengan mementingkan diri sendiri. Peduli di sini artinya kita berperan seoptimal mungkin berdasarkan status kita. Pelajar yang peduli adalah pelajar yang berusaha berperan seoptimal mungkin sebagai pelajar: ya belajar, ya berorganisasi, ya demo secara positif, ya bergaul, ya mau menghormati guru / dosen, ya macam-macam. Karyawan yang peduli adalah karyawan yang berperan seoptimal mungkin berdasarkan status dirinya sebagai karyawan: ya belajar, ya bisa menerima bimbingan, ya bekerja keras, ya belajar bekerja cerdas, ya tidak ngambek-kan, ya macam-macam.
Kenapa peduli ini penting? Alasannya, ketika kita menolak peranan yang seharusnya kita lakukan berdasarkan status kita, maka yang muncul adalah konflik di batin, stress, depresi, distress, dan lain-lain. Ini biasanya diikuti oleh rombongannya, katakanlah seperti: keinginan yang tidak realistis dan akurat, pikiran yang tidak jelas fokus dan sasarannya, hasil yang tidak pasti, munculnya pikiran-pikiran negatif terhadap diri sendiri, terhadap orang lain dan terhadap keadaan.
Meski kita sering mengasosiasikan konsentrasi itu dengan cara kerja pikiran, tetapi kalau perasaan kita terluka atau terganggu, akibatnya pikiran juga terganggu. Banyak hal yang tidak bisa kita pikirkan dan tidak bisa kita lakukan dengan bagus karena kita sedang menyimpan perasaan yang tidak bagus. Benar nggak begitu? Semoga ini bermanfaat.
Sumber: E-Psikologi
PENDAHULUAN
Kurangnya konsentrasi siswa terhadap pelajaran pelajaran “>apalagi terhadap mata pelajaran matematika, akan menghambat proses pembelajaran. Rendahnya konsentrasi siswa terhadap suatu pelajaran, belum tentu sumber kesalahannya terletak pada diri siswa. Ketrampilan guru menyampaikan materi ajar yang kurang memadai dapat meyebabkan kelas menjadi tidak menarik dan cenderung membosankan siswa. Suara guru yang kurang keras, sikap guru yang kurang kurang “>tegas, metode pembelajaran yang kurang tepat, atau posisi guru saat mengajar banyak duduk dapat membawa suasana yang tidak menarik perhatian. Selain itu cara guru berhubungan dengan siswa juga sangat menentukan. Guru yang suka marah, mengejek, jarang tersenyum, atau kurang adil dapat membuat siswa menjadi takut dan tidak senang, yang dapat bermuara pada menurunnya konsentrasi. Materi ajar yang sulit, terlalu mudah atau kurang variatif dapat mendorong menurunnya konsentrasi siswa. Materi ajar yang terlalu sulit dapat mengakibatkan siswa menjadi putus asa, takut dan kurang berminat terhadap pelajaran. Sebaliknya, materi ajar yang terlalu mudah membuat siswa cenderung menganggap enteng dan cepat merasa bosan, sehingga konsentrasi siswa menurun. Berdasarkan penyebab rendahnya konsentrasi siswa dalam pembelajaran matematika seperti tersebut di atas, maka upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk membuat siswa-siswa mengikuti pelajaran diantaranya adalah memelihara keseimbangan emosinya agar secara psikologis didapatkan rasa aman. Siswa harus dibuat agar tidak merasa tertolak oleh oleh “>lingkungannya baik oleh temantemannya maupun oleh guru. Menerima siswa apa adanya, guru akan membuat siswa merasa tetap sebagai anggota kelompok dalam kelasnya, dan tetap mempunyai semangat untuk bersaing secara wajar dan positif dengan
2 MIPA Vol. 14, No. 1, Januari 2004: 1 – 10 temannya. Hal-hal yang selalu diingat oleh
setiap guru adalah bahwa siswa tidak selalu secara otomatis belajar dari apa yang diajarkan. Kegiatan belajar akan sulit terjadi apabila penjelasan dan tindakan guru membingungkan dan meragukan. Berangkat dari uraian diatas maka peneliti ingin mengkaji lebih jauh usaha guru dalam meningkatkan konsentrasi siswa pada pembelajaran matematika melalui ketrampilan guru mengelola kelas di MTs muhammdiyah yang bertempat di Waru Baki Sukoharjo. Rutinitas komunikasi antara kepala sekolah, guru matematika, dan peneliti akan menemukan kondisi obyektif konsentrasi siswa, baik kelebihan maupun kekurangannya sehingga akan diperoleh data dan informasi yang terpercaya untuk dijadikan analisis dalam menyusun perencanaan dan langkah-langkah yang akan ditempuh secara bertahap dalam meningkatkan konsentrasi siswa. Keberhasilan guru matematika dalam melaksanakan usaha peningkatan konsentrasi siswa dalam pembelajaran matematika bukan suatu hal yang diperoleh secara kebetulan, melainkan merupakan hasil usaha yang terprogram dengan seksama melalui proses kerja kolaborasi antara guru itu sendiri dengan peneliti. Proses pembelajaran adalah fenomena yang kompleks. Menurut Lozanov (De Porter, dkk, 2000: 3), segala sesuatunya berarti setiap kata, pikiran, tindakan, dan asosiasi dan sampai sejauh mana guru mengubah lingkungan belajar, presensi, dan rancangan pengajaran, sejauh itu pula proses belajar berlangsung. Oleh karena itu, menetapkan definisi efektivitas pembelajaran
yang disetujui semua orang bukanlah sesuatu yang sederhana. Jika dalam praktek pembelajaran “efektivitas” adalah apa saja yang dilakukan guru untuk membuat siswa
belajar, dan dalam hal ini guru tidak perlu menggunakan intimidasi, penggunaan hukuman badan atau bentuk lain yang biasanya tidak disukai kebanyakan orang, maka pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang “memudahkan siswa belajar” sesuatu yang “bermanfaat” seperti fakta, ketrampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama. Ada empat indikator penting yang dapat dipakai untuk menetapkan keefektifan pembelajaran, yaitu : a) kecermatan penguasaan perilaku, b) kecepatan unjuk kerja, c) tingkat tingkat “>alih belajar, dan d) tingkat retensi. Kecermatan penguasaan perilaku yang dipelajari, juga juga “>sering disebut juga tingkat kesalahan unjuk kerja. Makin cermat siswa menguasai perilaku yang dipelajari, makin efektif pembelajaran yang telah dijalankan, atau makin kecil kesalahan, berarti makin efektif pembelajaran.
Untuk mencapai hasil yang maksimal maka peneliti membatasi permasalahan dalam
penelitian ini pada (1). Bagaimanakah ketrampilan guru dalam mengajar, merencanakan
pembelajaran untuk meningkatkan konsentrasi siswa. (2)Tindakan apa yang dilakukan guru matematika dalam pelaksanaan pembelajaran untuk usaha peningkatan konsentrasi siswa. (3)Tindakan apa yang dilakukan guru matematika dalam evaluasi pembelajaran untuk usaha meningkatkan konsentrasi siswa. Dari refleksi hasil kajian pustaka dan kerangka berpikir tersebut diatas dapat dirumuskan pertanyaan penelitian tindakan sebagai berikut : “Jika dalam pembelajaran matematika guru telah melakukan merencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran dengan tepat, maka konsentrasi siswa akan lebih baik”.
Kurangnya konsentrasi siswa terhadap pelajaran pelajaran “>apalagi terhadap mata pelajaran matematika, akan menghambat proses pembelajaran. Rendahnya konsentrasi siswa terhadap suatu pelajaran, belum tentu sumber kesalahannya terletak pada diri siswa. Ketrampilan guru menyampaikan materi ajar yang kurang memadai dapat meyebabkan kelas menjadi tidak menarik dan cenderung membosankan siswa. Suara guru yang kurang keras, sikap guru yang kurang kurang “>tegas, metode pembelajaran yang kurang tepat, atau posisi guru saat mengajar banyak duduk dapat membawa suasana yang tidak menarik perhatian. Selain itu cara guru berhubungan dengan siswa juga sangat menentukan. Guru yang suka marah, mengejek, jarang tersenyum, atau kurang adil dapat membuat siswa menjadi takut dan tidak senang, yang dapat bermuara pada menurunnya konsentrasi. Materi ajar yang sulit, terlalu mudah atau kurang variatif dapat mendorong menurunnya konsentrasi siswa. Materi ajar yang terlalu sulit dapat mengakibatkan siswa menjadi putus asa, takut dan kurang berminat terhadap pelajaran. Sebaliknya, materi ajar yang terlalu mudah membuat siswa cenderung menganggap enteng dan cepat merasa bosan, sehingga konsentrasi siswa menurun. Berdasarkan penyebab rendahnya konsentrasi siswa dalam pembelajaran matematika seperti tersebut di atas, maka upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk membuat siswa-siswa mengikuti pelajaran diantaranya adalah memelihara keseimbangan emosinya agar secara psikologis didapatkan rasa aman. Siswa harus dibuat agar tidak merasa tertolak oleh oleh “>lingkungannya baik oleh temantemannya maupun oleh guru. Menerima siswa apa adanya, guru akan membuat siswa merasa tetap sebagai anggota kelompok dalam kelasnya, dan tetap mempunyai semangat untuk bersaing secara wajar dan positif dengan
2 MIPA Vol. 14, No. 1, Januari 2004: 1 – 10 temannya. Hal-hal yang selalu diingat oleh
setiap guru adalah bahwa siswa tidak selalu secara otomatis belajar dari apa yang diajarkan. Kegiatan belajar akan sulit terjadi apabila penjelasan dan tindakan guru membingungkan dan meragukan. Berangkat dari uraian diatas maka peneliti ingin mengkaji lebih jauh usaha guru dalam meningkatkan konsentrasi siswa pada pembelajaran matematika melalui ketrampilan guru mengelola kelas di MTs muhammdiyah yang bertempat di Waru Baki Sukoharjo. Rutinitas komunikasi antara kepala sekolah, guru matematika, dan peneliti akan menemukan kondisi obyektif konsentrasi siswa, baik kelebihan maupun kekurangannya sehingga akan diperoleh data dan informasi yang terpercaya untuk dijadikan analisis dalam menyusun perencanaan dan langkah-langkah yang akan ditempuh secara bertahap dalam meningkatkan konsentrasi siswa. Keberhasilan guru matematika dalam melaksanakan usaha peningkatan konsentrasi siswa dalam pembelajaran matematika bukan suatu hal yang diperoleh secara kebetulan, melainkan merupakan hasil usaha yang terprogram dengan seksama melalui proses kerja kolaborasi antara guru itu sendiri dengan peneliti. Proses pembelajaran adalah fenomena yang kompleks. Menurut Lozanov (De Porter, dkk, 2000: 3), segala sesuatunya berarti setiap kata, pikiran, tindakan, dan asosiasi dan sampai sejauh mana guru mengubah lingkungan belajar, presensi, dan rancangan pengajaran, sejauh itu pula proses belajar berlangsung. Oleh karena itu, menetapkan definisi efektivitas pembelajaran
yang disetujui semua orang bukanlah sesuatu yang sederhana. Jika dalam praktek pembelajaran “efektivitas” adalah apa saja yang dilakukan guru untuk membuat siswa
belajar, dan dalam hal ini guru tidak perlu menggunakan intimidasi, penggunaan hukuman badan atau bentuk lain yang biasanya tidak disukai kebanyakan orang, maka pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang “memudahkan siswa belajar” sesuatu yang “bermanfaat” seperti fakta, ketrampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama. Ada empat indikator penting yang dapat dipakai untuk menetapkan keefektifan pembelajaran, yaitu : a) kecermatan penguasaan perilaku, b) kecepatan unjuk kerja, c) tingkat tingkat “>alih belajar, dan d) tingkat retensi. Kecermatan penguasaan perilaku yang dipelajari, juga juga “>sering disebut juga tingkat kesalahan unjuk kerja. Makin cermat siswa menguasai perilaku yang dipelajari, makin efektif pembelajaran yang telah dijalankan, atau makin kecil kesalahan, berarti makin efektif pembelajaran.
Untuk mencapai hasil yang maksimal maka peneliti membatasi permasalahan dalam
penelitian ini pada (1). Bagaimanakah ketrampilan guru dalam mengajar, merencanakan
pembelajaran untuk meningkatkan konsentrasi siswa. (2)Tindakan apa yang dilakukan guru matematika dalam pelaksanaan pembelajaran untuk usaha peningkatan konsentrasi siswa. (3)Tindakan apa yang dilakukan guru matematika dalam evaluasi pembelajaran untuk usaha meningkatkan konsentrasi siswa. Dari refleksi hasil kajian pustaka dan kerangka berpikir tersebut diatas dapat dirumuskan pertanyaan penelitian tindakan sebagai berikut : “Jika dalam pembelajaran matematika guru telah melakukan merencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran dengan tepat, maka konsentrasi siswa akan lebih baik”.
Konsentrasi Belajar Menurun Saat Menopause
30 Mei 2011 - 47 kali dibaca
Wanita yang mengalami menopause mengalami gangguan daya ingat dan kemampuan belajar. Menurut penelitian di UCLA (University of California, Los Angeles), hal tersebut dapat terjadi pada tahap awal dan akhir sebelum menopause. Tahap ini merupakan sebuah tahapan dimana siklus bulanan menjadi tidak teratur. Dalam sebuah penelitian diungkapkan bahwa perubahan pada saat menopause bersifat sementara.Dr S. Arun Karlamangla, seorang profesor dari UCLA’s David Geffen School of Medicine mengatakan bahwa wanita yang sudah selesai mengalami masa transisi dari pre menjadi menopause maka kemampuan kognitif, daya ingat, dan kemampuan belajarnya akan kembali normal seperti saat premenopause. Pada penelitian yang melihat kecepatan proses dan kerja daya ingat verbal terhadap informasi yang dilakukan pada tahap premenopause (periode haid normal); tahap awal perimenopause (periode haid tidak teratur); tahap perimenopause yang terlambat (periode terlambatnya haid selama 3-11 bulan); dan tahap postmenopause (periode terlambatnya haid selama satu tahun) menunjukkan selama masa premenopause dan menopause tidak mengalami penurunan fungsi kognitif, namun justru mengalami peningkatan. Tetapi pada tahap perimenopause yang terlambat terjadi gangguan pada kecepatan untuk mengolah informasi jika dibandingkan dengan tiga tahap lainnya. Penelitian ini juga menemukan penggunaan terapi hormon estrogen atau progesterone jangka pendek sebelum periode terakhir dapat membantu memperbaiki fungsi kognitif. Jadi wanita yang mengalami para wanita tidak perlu khawatir jika kemampuan kognitifnya berkurang pada saat akan menopause karena kemampuan tersebut akan kembali setelah menopause
Konsentrasi belajar di Kampus
Banyak di antara kita yang merasa rajin belajar, tapi tidak memperoleh nilai bagus di sekolahnya. Alasan umum mengapa hal tersebut bisa terjadi adalah tidak bisa konsentrasi saat belajar, sehingga daya penerimaan atas pemahaman suatu mata pelajaran menurun.
Contohnya tidak bisa konsentrasi saat belajar adalah ketika memahami suatu materi dengan membaca secara seksama dan berulang-ulang atau mencoba menghafal, tetapi sering kali merasa tidak memahami maksud dari materi tersebut. Beberapa hal yang dapat menyebabkan tidak bisa atau penurunan konsentrasi saat belajar, seperti cara belajar yang salah mengantuk, malas, sedang memiliki masalah, letih, banyak kegiatan, kurangnya nutrisi pada otak, dan lain sebagainya.
Jika mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi belajar dan dibiarkan secara terus-menerus, bukan hanya dapat mengakibatkan penurunan prestasi akademik, tetapi juga akan berdampak pada masalah kejiwaan seperti, depresi, mudah panik, minder atau kurangnya rasa percaya diri dan lain-lain.
Berikut merupakan tips agar kita dapat berkonsentrasi saat belajar:
- Istirahat yang cukup dapat membantu otak kita untuk relaksasi dari ketegangan yang terjadi sehari-hari. Sehingga saat kita belajar, otak dapat merespon suatu pemahaman materi dengan lebih cepat.
- Lakukan cara belajar yang benar. Kebanyakan dari kita belajar dengan sangat giat, ketika menjelang ujian yang sering disebut Sistem Kebut Semalam (SKS). Sedangkan pada hari-hari biasanya jarang melakukan kegiatan belajar. Sehingga tekanan pada otak akan berlipat ganda ketika melakukan SKS, dan hal ini akan menurunkan kosentrasi saat belajar. Sebaiknya membuat jadwal belajar secara rutin, dengan jangka waktu 1-3 jam setiap harinya.
- Musuh terberat kita saat belajar adalah rasa malas. Rasa malas dapat datang kapan saja sebagai penghalang kita untuk mendapatkan nilai bagus atau prestasi yang lain. Selain itu, juga dapat menurunkan daya konsentrasi belajar, maka sebaiknya jika rasa malas mulai datang segera pacu semangat belajar kita.
- Lakukan latihan fisik untuk memulihkan kebugaran tubuh. Sebab dengan tubuh yang segar dan sehat dapat membantu kita dalam berkonsentrasi belajar. Menurut penelitian, berjalan kaki juga dapat meningkatkan daya konsentrasi kita.
- Makan makanan yang bergizi dan bernutrisi yang baik untuk otak. Biasanya makanan yang mengandung lechitin, asam lemak esensial, protein, DHA, vitamin B12, vitamin B6, asam float dan lain sebagainy. Kandungan tersebut dapat diperoleh dari kuning telur, ikan salmon, teh hijau, blueberry, gandum, biji labu dan sebagainya.
Musik dan Islam
Meskipun dalam Islam ada yang membolehkan dan melarang bermusik, musik tetap saja mampu memberikan inspirasi dan relaksasi kehidupan. Kita tidak bisa menapikan bahwa banyak ritual keagamaan dalam Islam menggunakan unsur-unsur musikalitas yang begitu harmonis, syahdu dan mampu menyentuh kedalaman rasa untuk menghadirkan ghirah ketuhanan dalam menjalani kehidupan. Ketika jiwa merasa tak tentram, gundah dan resah akan kenyataan hidup, kumandang adzan yang lirih dan menyentuh akan sanggup meluruhkan air mata kesadaran akan ketiadaan diri sebagai makhluk yang tak sempurna. Gemericik air yang jatuh ketika berwudlu serta alunan ayat-ayat suci Al-Qur’an mampu menggetarkan, menggentarkan hingga meruntuhkan kesombongan dan amarah seseorang. Hidayah yang menjadi rahasia Sang Pemberi bisa datang melalui perantara musikalitas yang imani. filusuf seperti Al-Kindi, Al-Farabi, hingga Ibnu Sina bahkan mengembangkan teori terapi musik untuk pengobatan, menjaga harmoni fisik dengan hati dan pikiran, menumbuhkan keseimbangan antara emosi, raga dan jiwa di zaman keemasan peradaban Islam. Mereka mempercayai bahwa suara yang berharmoni mampu membangkitkan kehidupan, menimbulkan efek yang menggugah spirit seseorang.Islam merupakan agama yang sempurna, rahmatan lilalamin. Fleksibel, accountable, reasonable dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai syariah merupakan karakteristik Islam. Syiar dan dakwah saat ini tidak lepas dari dukungan musikalitas rohaniah, religiusitas dan spiritualitas yang kental. Sebut saja lagu-lagu religi Opick, syair yang sarat makna diiringi dengan nada-nada yang penuh harmoni, disertai dengan suara yang penuh penjiwaan dan penghayatan, bisa membuat hati bergetar meresapi maknanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan tuangkan komentarmu..... ^_^