BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dinamika sosial yang terjadi di seluruh
masyarakat pada akhirnya menimbulkan kelas sosial, kesadaran sosial dan
berujung pada perubahan sosial. Karl Marx memaparkan konsep-konsepnya tersebut dalam hampir semua
karya-karyanya. Dalam karya-karyanya Marx tidak mendefinisikan kelas sosial secara eksplisit.
Seperti dikutip dalam The Marx-Engels Reader oleh Robert C. Tucker (1972) di
awal The Communist Manifesto, Marx mengatakan:
“Sejarah dari
semua masyarakat yang ada hingga saat ini adalah sejarah perjuangan kelas.
Orang bebas dan budak, bangsawan dan rakyat biasa, tuan dan hamba, pemimpin
perusahaan dan orang luntang-lantung, dalam satu kata, penindas dan yang
ditindas, selalu bertentangan satu sama lain, yang berlangsung tak putus-putusnya
dalam satu pertarungan yang kadang-kadang tersembunyi, kadang-kadang terbuka,
suatu pertarungan yang setiap kali berakhir, baik dalam satu rekonstitusi
masyarakat pada umumnya secara revolusioner, maupun dalam keruntuhan umumnya
dari kelas-kelas yang bercekcok itu”.
Menurut Marx seperti dikutip oleh
Smelser (1973: 73-85) kehancuran feodalisme serta lahir dan berkembangnya
kapitalisme dan industri modern telah mengakibatkan terpecahnya masyarakat
menjadi dua kelas yang saling bermusuhan, yaitu kelas borjuis (bourgeoisie)
yang memiliki alat produksi dan kelas proletar (proletariat) yang tidak
memiliki alat produksi. Jadi sebenarnya Marx tidak mendefinisikan dan
menganalisis secara mendalam mengenai konsep kelas sosial akan tetapi Ia hanya
menggambarkan situasi dan kondisi yang terjadi pada masa itu, yang mana pada
saat itu masyarakat terpecah menjadi dua kelompok yang berdasarkan kepemilikan
dan ketidakpemilikan alat produksi.
Menafsirkan pemikiran Marx, Kamanto Sunarto (2000)
berpendapat bahwa dengan semakin berkembangnya industri para pemilik alat
produksi semakin banyak menerapkan pembagian kerja dan menggunakan mesin
sebagai pengganti buruh sehingga persaingan mendapat pekerjaan di kalangan
buruh semakin meningkat dan upah buruh semakin menurun. Eksploitasi dan
penindasan terhadap kaum proletar inilah yang mengakibatkan mereka mempunyai
kesadaran kelas (class consciousness) dan semakin bersatu melawan kaum
borjuis. Kemudian Marx meramalkan bahwa pada suatu saat buruh yang semakin
terintegrasi dan melalui suatu perjuangan kelas (class struggle) akan
berhasil merebut alat produksi dari kaum borjuis dan kemudian mendirikan suatu
masyarakat tanpa kelas (classless society) karena kepemilikan pribadi
atas alat produksi telah dihapuskan.
B. Fokus Pembahasan
1. Bagaimanakah konsep kelas itu?
2. Apakah maksud dari kesadaran kalas?
3. Adakah perubahan sosial setelah adanya
kesadaran kelas?
C. Tujuan Pembahasan
Bertitik tolak dari rumusan masalah di atas, maka tujuan
dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui konsep kelas.
2. Agar memahami tentang kesadaran kelas.
3. Untuk mengetahui perubahan sosial yang
terjadi.
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Konsep Kelas
Kelas-kelas sosial muncul menurut Doyle
(1986: 146) sangat erat kaitannya dengan konsep Marx mengenai materialisme
historis. Di mana kemampuan manusia untuk memenuhi berbagai kebutuhannya
tergantung pada terlibatnya mereka dalam hubungan sosial dengan orang lain
untuk mengubah lingkungan materil melalui kegiatan produktifnya.
Menurut Marx, kelas-kelas akan timbul
apabila hubungan-hubungan produksi melibatkan suatu pembagian tenaga kerja yang
beraneka ragam, yang memungkinkan terjadinya surplus produksi sehingga
merupakan pola hubungan memeras terhadap masa para memproduksi. Dengan demikian
dapat disimpulkan dari pemikiran Marx bahwa kelas-kelas sosial akan muncul
karena faktor ekonomi terutama kepemilikan dan ketiadapemilikan alat produksi
dan hubungan-hubungan sosial dalam produksi.
Kutipan dari The Communist Manifesto
di pendahuluan dengan jelas menegaskan model dua kelas dalam masyarakat,
meskipun Marx tidak selalu konsisten dalam hal ini. Dalam satu bagian dari Das
Kapital jilid ketiga, Marx mulai dengan suatu penjelasan yang sistematis
mengenai konsep kelas itu, di mana dia mengidentifikasikan tiga kelas utama
dalam msasyarakat kapitalis: buruh upahan, kapitalis, dan pemilik tanah.
Kelas-kelas ini dibedakan terutama karena perbedaan-perbedaan dalam
sumber-sumber pendapatan pokok, yakni upah, keuntungan dan sewa tanah. Tetapi
ide bahwa masyarakat-masyarakat kapitalis di masa Marx hidup ada pada proses
gerak menuju sistem dua kelas saja, juga dikemukakannya dalam The Communist
Manifesto : “Masyarakat sebagai satu keseluruhan menjadi semakin terbagi
dalam dua kelompok besar yang saling bermusuhan ke dalam dua kelas yang saling
berhadapan secara langsung: Borjuis dan Proletariat”. Untuk lebih jelasnya
mengenai dua istilah kelas tersebut akan dijelaskan di bawah ini:
- Kelas Borjuis (Bourgeoisie)
“The
Bourgeoisie is the particular name for the capitalist in the modern economy.
They own the means of production and employ wage labor...” (Ritzer &
Goodman)
Istilah Borjuis (Bourgeoisie) lebih sering dan lebih praktisnya
diartikan sebagai kelas yang memiliki alat produksi. Dalam masyarakat
kapitalis, kelas yang paling dominan adalah kelas borjuis. Kelas borjuis
dikutip dalam Doyle (1986: 148) dapat dibagi lagi ke dalam borjuis yang dominan
dan borjuis kecil. 1). Borjuis yang dominan terdiri dari kapitalis-kapitalis
besar dengan perusahaan raksasa yang mempekerjakan banyak buruh. Di antara kapitalis-kapitalis
yang dominan, juga dapat dibedakan antara kapitalis uang dan kapitalis industri
(David McCellan, “karl Marx”, 1975: 44); 2). Borjuis kecil dapat terdiri dari
pengusaha-pengusaha toko, pengrajin-pengrajin kecil, dan semacamnya, yang kegiatan
operasinya jauh lebih kecil.
- Kelas Proletar (Proletariat)
“Proletariat
are workers who sell their labor and who do not own their oen means of
production. They do not own their own tools or their factories, but Marx
(1867/1967: 714-15) further believed that the proletariat would even lose their
own skills as they increasingly just serviced the machines which had the
workers’ skillsn built into them. Because the proletariat produce only for
exchange, they are also consumers...” (Ritzer & Goodman)
Proletariat merupakan ‘suatu kelas yang memiliki mata rantai yang radikal’;
proletariat merupakan suatu lingkungan masyarakat yang mempunyai suatu sifat
universal, karena penderitaan universalnya, yang tidak menuntut satu hak
khususpun karena ketidak ada kesalahan khusus –namun malah kesalahan tanpa
syarat– yang dibebeankan kepadanya. Proletariat melokalisasi diri di dalam
dirinya sendiri semua keburukan yang paling dahsyat dalam masyarakat.
Proletariat hidup dalam kondisi kemiskinan alamiah yang diakibatkan oleh
kekurangan sumber-sumber daya, akan tetapi merupakan hasil ‘buatan’ organisasi
kontemporer dari produksi industri. Sebab proletariat merupakan penerima dari
ketidakrasionalan dalam masyarakat yang terkonsentrasi, akibatnya ialah
emansipasi proletariat pada saat yang sama juga merupakan emansipasi masyarakat
dalam keseluruhannya. Dari kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa proletariat
itu merupakan kelas yang masyarakatnya tidak memiliki alat produksi yang
tertindas sehingga Ia hanya bisa menjadi buruh bagi kaum pemilik modal atau
alat produksi.
Dalam masyarakat kapitalis masih
terdapat kategori proletar selain buruh proletar yang tingkat upahnya di bawah
buruh proletar yaitu kategori dropout dan ne’er-do-well’s yang
Marx istilahkan sebagai Lumpenproletariat (proletariat yang tidak laku);
kategori ini mencakup “pencuri, penjahat dari segala jenis, yang hidup dari
remah-remah masyarakat, pedagang tak menentu, gelandangan, tunawisma.
Sebenarnya Marx tidak hanya terpaku
kepada model dua kelas ataupun tiga kelas saja, tetapi Marx berpandangan
tentang struktur sosial yang terus menerus mengalami perubahan dan variasi
dalam periode sejarah yang berbeda-beda mengakibatkan munculnya model-model
kelas baru terutama di kelas sekunder atau menengah. Seperti analisis Marx
dalam karyanya Class Struggle In France yang dikutip oleh Lefebvre (121)
di situ Marx mengelompokkan masyarakat ke dalam tujuh kelas yang berbeda-beda
yaitu: “Borjuis pemodal, Borjuis Industri, Pedagang, Borjuis Kecil, Petani,
Kaum Proletar, Proletar yang tidak laku.
B. Kesadaran Kelas
Setelah terbentuknya kelas-kelas pada
masyarakat kapitalis, maka akan muncul kesadaran kelas mengenai kepentingan
kelas-kelas mereka. Yang dimaksud kesadaran kelas itu sendiri menurut Marx
ialah satu kesadaran subyektif akan kepentingan kelas obyektif yang mereka
miliki bersama orang-orang lain dalam posisi yang serupa dalam sistem produksi. Bisa juga diartikan sebagai kesadaran
seseorang akan kedudukannya dalam susunan tinggi-rendah di dalam masyarakat. Konsep
kepentingan mengacu pada sumber-sumber materil yang aktual yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan individu. Jadi Doyle
memberikan contoh, kepentingan kelas kapitalis terletak pada keuntungan yang
semakin meningkat, sedangkan kepentingan kelas proletar secara sempit meliputi
kenaikan upah, sedangkan secara luas meliputi penguasaan terhadap proses
produksi yang lebih luas.
Menurut Marx seperti yang dilansir oleh
Giddens (1986) bahwa kesadaran itu berakar pada praxis manusia, yang
pada gilirannya bersifat sosial. Inilah pengertian dari yang dikatakan, bahwa
‘bukan kesadaran yang menentukan eksistensi orang, tetapi sebaliknya, kehidupan
sosial merekalah yang menentukan kesadaran mereka.
Pengaruh ideologi sangat berhubungan
dengan kesadaran kelas, karena pengaruh ideologi dapat mengakibatkan kurangnya
kesadaran penuh akan kepentingan-kepentingan kelasnya sendiri. Selain
mengakibatkan kurangnya kesadaran penuh terhadap kepentingan-kepentingan
kelasnya, penerimaan ideologi yang dikembangkan untuk mendukung kelas yang
dominan dan struktur yang telah ada juga akan menimbulkan kesadaran palsu.
Munculnya kesadaran palsu akibat
pengaruh ideologi yang dikembangkan untuk mendukung kelas yang dominan dan
struktur yang telah ada menurut Marx dapat digantikan dengan kesadaran kelas
yang benar dengan cara kesengsaraan yang diderita bersama-sama. Marx memusatkan
munculnya kesadaran kelas yang benar dengan analisisnya pada perkembangan yang
terjadi di dalam kelas proletar di daerah-daerah industri di kota. Alasannya adalah
karena mereka bekerja bersama-sama di suatu pabrik dalam kondisi yang kurang
manusiawi dan hidup berdampingan satu sama lain (antar buruh satu pabrik)
sebagai tetangga di satu kota juga, kaum proletar menjadi sadar akan
penderitaan bersama dan kemelaratan ekonominya. Singkatnya, terpusatnya mereka
pada satu tempat memungkinkan terbentuknya jaringan komunikasi dan menghasilkan
kesadaran bersama.
- Perubahan Sosial
Kesadaran kelas yang diperoleh oleh
kaum proletar pada akhirnya akan membentuk jaringan komunikasi untuk
menjelaskan kepentingan bersama kaum proletar. Jaringan komunikasi ini pada
akhirnya menurut Doyle dapat membentuk suatu organisasi yang bisa
berbentuk serikat-serikat buruh atau serikat-serikat kerja lainnya yang
tujuan kepentingannya untuk mendesak upah yang lebih tinggi, perbaikan kondisi
kerja dan sebagainya. Namun akhirnya, organisasi kelas buruh itu akan menjadi
cukup kuat untuk menghancurkan seluruh struktur sosial kapitalis dan
menggantikan dengan struktur sosial yang akan menghargai kebutuhan dan
kepentingan umat manusia seluruhnya. Bersamaan dengan proses organisasi politik
ini dikembangkan juga satu ideologi yang mengungkapkan kepentingan kelas buruh
yang sesungguhnya dan memberikan suatu penjelasan mengenai peranan sejarahnya
dalam mengubah struktur sosial. Tetapi ingatlah, bahwa perjuangan ideologis
antara titik pandang revolusioner dan konservatif hanya merupakan suatu
cerminan dari perjuangan riil yang sedang berlangsung.
Sebenarnya cara Marx menganalisis suatu
perubahan sosial pada masyarakat adalah dengan menggunakan analisa dialektika
cara analisa dialektika seperti dikutip dari Doyle, merupakan inti model
bagaimana konflik kelas mengakibatkan perubahan sosial. Umumnya analisa
dialektika meliputi suatu pandangan tentang masyarakat yang terdiri dari
kekuatan-kekuatan yang berlawanan yang sewaktu-waktu menjadi seimbang. Analisa
dialektik peka terhadap kontradiksi internal dalam masyarakat, memecahkan
kontradiksi dengan analisa dialektik itu mempercepat tahap baru dalam sejarah masyarakat...
Namun gerak sejarah yang bersifat dialektik itu tidak terlepas dari kemauan
atau usaha manusia (praxis). Marx tidak pernah mengemukakan suatu
pandangan sejarah di mana individu manusia hanya bersikap pasif belaka. Menurut
Marx manusialah yang menciptakan sejarahnya sendiri, meskipun kegiatan
kreatifnya ditentukan dan terikat materil dan sosial yang ada. Meskipun manusia
bisa membuat sejarahnya sendiri, Ia tidak dapat membuat semaunya sendiri.
Meskipun pendekatan teoritis Marx
keseluruhannya dapat diterapkan pada tahap sejarah apapun (seperti peristiwa
perjuangan revolusioner kaum borjuis melawan sistem sosial tradisional yang
didominasi kelompok Aristokrat. Dalam perjuangan melawan sistem feodal kuno,
kelas borjuis memperlihatkan proses umum yang sama yang berhubungan dengan
peningkatan komunikasi, bertambahnya kesadaran kelas, organisasi politik,, dan
perkembangan suatu ideologi pendukung), akan tetapi perhatian utamanya adalah
pada tahap masyarakat kapitalis – sejak berkembangnya masyarakat kapitalis pada
akhir masa feodal, ketegangan-ketegangan dan kontradiksi-kontradiksi
internalnya, dan akhirnya bubar dan berubah menjadi masyarakat komunis yang
akan datang melalui kegiatan revolusioner kelas proletar.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari berbagai penjelasan di atas, maka dapat kami simpulkan
pengertian dari kesadaran kelas itu sendiri adalah kesadaran seseorang
akan kedudukannya dalam susunan tinggi-rendah di dalam masyarakat. Dan
kesadaran kelas muncul ketika kelas proletar terpusat pada satu, karena dengan
cara itu mereka akan sadar akan penderitaan bersama dan kemelaratan ekonomi yang mereka alami.
perubahan sosial dapat dilakukan dengan
perjuangan kelas dalam konteks ini adalah proletar, yang perjuangan kelas
tersebut dilakukan dengan cara revolusi baik dengan menggunakan kekerasan
maupun dengan damai. Sehingga revolusi tersebut dapat menghasilkan sesuai apa
yang diramalkan marx yaitu masyarakat ideal yang tanpa kelas yang istilah
populernya komunisme
atau masyarakat komunis.
B. Saran
Demikian makalah ini kami sampaikan.
Kami sadar bahwasanya makalah ini jauh dari kesempurnaan maka dari itu penulis
menerima kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini.
Daftar Pustaka
Budi
Hardiman, F. 2007. Filsafat Modern. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Elster, John. terj. 2000. Karl Marx. Marxisme – Analisis Kritis. Jakarta: Penerbit Prestasi Pustakaraya.
Fuellenbach, John. 1989. Hermeneutics
Marxism and Liberation Theology. Manila: Divine Word Publication.
Hamersma,
Harry. 1986. Tokoh-tokoh Filsafat Barat Modern. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Magnis-Suseno, Franz. 1994. Etika Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
-----
1999. Pemikiran Karl Marx. Dari
Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Ramly,
Andi Muawiyah. 2000. Peta Pemikiran
Karl Marx. Materialisme Dialektis dan Materialisme Historis. Yogyakarta: LkiS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan tuangkan komentarmu..... ^_^