Kamis, Mei 23, 2013

sosial pendidikan



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dinamika sosial yang terjadi di seluruh masyarakat pada akhirnya menimbulkan kelas sosial, kesadaran sosial dan berujung pada perubahan sosial. Karl Marx memaparkan konsep-konsepnya tersebut dalam hampir semua karya-karyanya. Dalam karya-karyanya Marx tidak mendefinisikan kelas sosial secara eksplisit. Seperti dikutip dalam The Marx-Engels Reader oleh Robert C. Tucker (1972) di awal The Communist Manifesto, Marx mengatakan:
“Sejarah dari semua masyarakat yang ada hingga saat ini adalah sejarah perjuangan kelas. Orang bebas dan budak, bangsawan dan rakyat biasa, tuan dan hamba, pemimpin perusahaan dan orang luntang-lantung, dalam satu kata, penindas dan yang ditindas, selalu bertentangan satu sama lain, yang berlangsung tak putus-putusnya dalam satu pertarungan yang kadang-kadang tersembunyi, kadang-kadang terbuka, suatu pertarungan yang setiap kali berakhir, baik dalam satu rekonstitusi masyarakat pada umumnya secara revolusioner, maupun dalam keruntuhan umumnya dari kelas-kelas yang bercekcok itu”.
Menurut Marx seperti dikutip oleh Smelser (1973: 73-85) kehancuran feodalisme serta lahir dan berkembangnya kapitalisme dan industri modern telah mengakibatkan terpecahnya masyarakat menjadi dua kelas yang saling bermusuhan, yaitu kelas borjuis (bourgeoisie) yang memiliki alat produksi dan kelas proletar (proletariat) yang tidak memiliki alat produksi. Jadi sebenarnya Marx tidak mendefinisikan dan menganalisis secara mendalam mengenai konsep kelas sosial akan tetapi Ia hanya menggambarkan situasi dan kondisi yang terjadi pada masa itu, yang mana pada saat itu masyarakat terpecah menjadi dua kelompok yang berdasarkan kepemilikan dan ketidakpemilikan alat produksi.
Menafsirkan pemikiran Marx, Kamanto Sunarto (2000) berpendapat bahwa dengan semakin berkembangnya industri para pemilik alat produksi semakin banyak menerapkan pembagian kerja dan menggunakan mesin sebagai pengganti buruh sehingga persaingan mendapat pekerjaan di kalangan buruh semakin meningkat dan upah buruh semakin menurun. Eksploitasi dan penindasan terhadap kaum proletar inilah yang mengakibatkan mereka mempunyai kesadaran kelas (class consciousness) dan semakin bersatu melawan kaum borjuis. Kemudian Marx meramalkan bahwa pada suatu saat buruh yang semakin terintegrasi dan melalui suatu perjuangan kelas (class struggle) akan berhasil merebut alat produksi dari kaum borjuis dan kemudian mendirikan suatu masyarakat tanpa kelas (classless society) karena kepemilikan pribadi atas alat produksi telah dihapuskan.
B.     Fokus Pembahasan
1.      Bagaimanakah konsep kelas itu?
2.      Apakah maksud dari kesadaran kalas?
3.      Adakah perubahan sosial setelah adanya kesadaran kelas?
C.     Tujuan Pembahasan
Bertitik tolak dari rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah:
1.      Untuk mengetahui konsep kelas.
2.      Agar memahami tentang kesadaran kelas.
3.      Untuk mengetahui perubahan sosial yang terjadi.







BAB II
PEMBAHASAN
A.    Konsep Kelas
Kelas-kelas sosial muncul menurut Doyle (1986: 146) sangat erat kaitannya dengan konsep Marx mengenai materialisme historis. Di mana kemampuan manusia untuk memenuhi berbagai kebutuhannya tergantung pada terlibatnya mereka dalam hubungan sosial dengan orang lain untuk mengubah lingkungan materil melalui kegiatan produktifnya.
Menurut Marx, kelas-kelas akan timbul apabila hubungan-hubungan produksi melibatkan suatu pembagian tenaga kerja yang beraneka ragam, yang memungkinkan terjadinya surplus produksi sehingga merupakan pola hubungan memeras terhadap masa para memproduksi. Dengan demikian dapat disimpulkan dari pemikiran Marx bahwa kelas-kelas sosial akan muncul karena faktor ekonomi terutama kepemilikan dan ketiadapemilikan alat produksi dan hubungan-hubungan sosial dalam produksi.
Kutipan dari The Communist Manifesto di pendahuluan dengan jelas menegaskan model dua kelas dalam masyarakat, meskipun Marx tidak selalu konsisten dalam hal ini. Dalam satu bagian dari Das Kapital jilid ketiga, Marx mulai dengan suatu penjelasan yang sistematis mengenai konsep kelas itu, di mana dia mengidentifikasikan tiga kelas utama dalam msasyarakat kapitalis: buruh upahan, kapitalis, dan pemilik tanah. Kelas-kelas ini dibedakan terutama karena perbedaan-perbedaan dalam sumber-sumber pendapatan pokok, yakni upah, keuntungan dan sewa tanah. Tetapi ide bahwa masyarakat-masyarakat kapitalis di masa Marx hidup ada pada proses gerak menuju sistem dua kelas saja, juga dikemukakannya dalam The Communist Manifesto : “Masyarakat sebagai satu keseluruhan menjadi semakin terbagi dalam dua kelompok besar yang saling bermusuhan ke dalam dua kelas yang saling berhadapan secara langsung: Borjuis dan Proletariat”. Untuk lebih jelasnya mengenai dua istilah kelas tersebut akan dijelaskan di bawah ini:
  1. Kelas Borjuis (Bourgeoisie)
“The Bourgeoisie is the particular name for the capitalist in the modern economy. They own the means of production and employ wage labor...” (Ritzer & Goodman)
Istilah Borjuis (Bourgeoisie) lebih sering dan lebih praktisnya diartikan sebagai kelas yang memiliki alat produksi. Dalam masyarakat kapitalis, kelas yang paling dominan adalah kelas borjuis. Kelas borjuis dikutip dalam Doyle (1986: 148) dapat dibagi lagi ke dalam borjuis yang dominan dan borjuis kecil. 1). Borjuis yang dominan terdiri dari kapitalis-kapitalis besar dengan perusahaan raksasa yang mempekerjakan banyak buruh. Di antara kapitalis-kapitalis yang dominan, juga dapat dibedakan antara kapitalis uang dan kapitalis industri (David McCellan, “karl Marx”, 1975: 44); 2). Borjuis kecil dapat terdiri dari pengusaha-pengusaha toko, pengrajin-pengrajin kecil, dan semacamnya, yang kegiatan operasinya jauh lebih kecil.
  1. Kelas Proletar (Proletariat)
“Proletariat are workers who sell their labor and who do not own their oen means of production. They do not own their own tools or their factories, but Marx (1867/1967: 714-15) further believed that the proletariat would even lose their own skills as they increasingly just serviced the machines which had the workers’ skillsn built into them. Because the proletariat produce only for exchange, they are also consumers...” (Ritzer & Goodman)
Proletariat merupakan ‘suatu kelas yang memiliki mata rantai yang radikal’; proletariat merupakan suatu lingkungan masyarakat yang mempunyai suatu sifat universal, karena penderitaan universalnya, yang tidak  menuntut satu hak khususpun karena ketidak ada kesalahan khusus –namun malah kesalahan tanpa syarat– yang dibebeankan kepadanya. Proletariat melokalisasi diri di dalam dirinya sendiri semua keburukan yang paling dahsyat dalam masyarakat. Proletariat hidup dalam kondisi kemiskinan alamiah yang diakibatkan oleh kekurangan sumber-sumber daya, akan tetapi merupakan hasil ‘buatan’ organisasi kontemporer dari produksi industri. Sebab proletariat merupakan penerima dari ketidakrasionalan dalam masyarakat yang terkonsentrasi, akibatnya ialah emansipasi proletariat pada saat yang sama juga merupakan emansipasi masyarakat dalam keseluruhannya. Dari kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa proletariat itu merupakan kelas yang masyarakatnya tidak memiliki alat produksi yang tertindas sehingga Ia hanya bisa menjadi buruh bagi kaum pemilik modal atau alat produksi.
Dalam masyarakat kapitalis masih terdapat kategori proletar selain buruh proletar yang tingkat upahnya di bawah buruh proletar yaitu kategori dropout dan ne’er-do-well’s yang Marx istilahkan sebagai Lumpenproletariat (proletariat yang tidak laku); kategori ini mencakup “pencuri, penjahat dari segala jenis, yang hidup dari remah-remah masyarakat, pedagang tak menentu, gelandangan, tunawisma.
Sebenarnya Marx tidak hanya terpaku kepada model dua kelas ataupun tiga kelas saja, tetapi Marx berpandangan tentang struktur sosial yang terus menerus mengalami perubahan dan variasi dalam periode sejarah yang berbeda-beda mengakibatkan munculnya model-model kelas baru terutama di kelas sekunder atau menengah. Seperti analisis Marx dalam karyanya Class Struggle In France yang dikutip oleh Lefebvre (121) di situ Marx mengelompokkan masyarakat ke dalam tujuh kelas yang berbeda-beda yaitu: “Borjuis pemodal, Borjuis Industri, Pedagang, Borjuis Kecil, Petani, Kaum Proletar, Proletar yang tidak laku.
B.     Kesadaran Kelas
Setelah terbentuknya kelas-kelas pada masyarakat kapitalis, maka akan muncul kesadaran kelas mengenai kepentingan kelas-kelas mereka. Yang dimaksud kesadaran kelas itu sendiri menurut Marx ialah satu kesadaran subyektif akan kepentingan kelas obyektif yang mereka miliki bersama orang-orang lain dalam posisi yang serupa dalam sistem produksi. Bisa juga diartikan sebagai kesadaran seseorang akan kedudukannya dalam susunan tinggi-rendah di dalam masyarakat. Konsep kepentingan mengacu pada sumber-sumber materil  yang aktual yang diperlukan  untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan individu. Jadi Doyle memberikan contoh, kepentingan kelas kapitalis terletak pada keuntungan yang semakin meningkat, sedangkan kepentingan kelas proletar secara sempit meliputi kenaikan upah, sedangkan secara luas meliputi penguasaan terhadap  proses produksi yang lebih luas.
Menurut Marx seperti yang dilansir oleh Giddens (1986) bahwa kesadaran itu berakar pada praxis manusia, yang pada gilirannya bersifat sosial. Inilah pengertian dari yang dikatakan, bahwa ‘bukan kesadaran yang menentukan eksistensi orang, tetapi sebaliknya, kehidupan sosial merekalah yang menentukan kesadaran mereka.
Pengaruh ideologi sangat berhubungan dengan kesadaran kelas, karena pengaruh ideologi dapat mengakibatkan kurangnya kesadaran penuh akan kepentingan-kepentingan kelasnya sendiri. Selain mengakibatkan kurangnya kesadaran penuh terhadap kepentingan-kepentingan kelasnya, penerimaan ideologi yang dikembangkan untuk mendukung kelas yang dominan dan struktur yang telah ada juga akan menimbulkan kesadaran palsu.
Munculnya kesadaran palsu akibat pengaruh ideologi yang dikembangkan untuk mendukung kelas yang dominan dan struktur yang telah ada menurut Marx dapat digantikan dengan kesadaran kelas yang benar dengan cara kesengsaraan yang diderita bersama-sama. Marx memusatkan munculnya kesadaran kelas yang benar dengan analisisnya pada perkembangan yang terjadi di dalam kelas proletar di daerah-daerah industri di kota. Alasannya adalah karena mereka bekerja bersama-sama di suatu pabrik dalam kondisi yang kurang manusiawi dan hidup berdampingan satu sama lain (antar buruh satu pabrik) sebagai tetangga di satu kota juga, kaum proletar menjadi sadar  akan penderitaan bersama dan kemelaratan ekonominya. Singkatnya, terpusatnya mereka pada satu tempat memungkinkan terbentuknya jaringan komunikasi dan menghasilkan kesadaran bersama.
  1. Perubahan Sosial
Kesadaran kelas yang diperoleh oleh kaum proletar pada akhirnya akan membentuk jaringan komunikasi untuk menjelaskan kepentingan bersama kaum proletar. Jaringan komunikasi ini pada akhirnya menurut Doyle dapat membentuk suatu organisasi yang bisa berbentuk  serikat-serikat buruh atau serikat-serikat kerja lainnya yang tujuan kepentingannya untuk mendesak upah yang lebih tinggi, perbaikan kondisi kerja dan sebagainya. Namun akhirnya, organisasi kelas buruh itu akan menjadi cukup kuat untuk menghancurkan seluruh struktur sosial kapitalis dan menggantikan dengan struktur sosial yang akan menghargai kebutuhan dan kepentingan umat manusia seluruhnya. Bersamaan dengan proses organisasi politik ini dikembangkan juga satu ideologi yang mengungkapkan kepentingan kelas buruh yang sesungguhnya dan memberikan suatu penjelasan mengenai peranan sejarahnya dalam mengubah struktur sosial. Tetapi ingatlah, bahwa perjuangan ideologis antara titik pandang revolusioner dan konservatif hanya merupakan suatu cerminan dari perjuangan riil yang sedang berlangsung.
Sebenarnya cara Marx menganalisis suatu perubahan sosial pada masyarakat adalah dengan menggunakan analisa dialektika cara analisa dialektika seperti dikutip dari Doyle, merupakan inti model bagaimana konflik kelas mengakibatkan perubahan sosial. Umumnya analisa dialektika meliputi suatu pandangan tentang masyarakat yang terdiri dari kekuatan-kekuatan yang berlawanan yang sewaktu-waktu menjadi seimbang. Analisa dialektik peka terhadap kontradiksi internal dalam masyarakat, memecahkan kontradiksi dengan analisa dialektik itu mempercepat tahap baru dalam sejarah masyarakat... Namun gerak sejarah yang bersifat dialektik itu tidak terlepas dari kemauan atau usaha manusia (praxis). Marx tidak pernah mengemukakan suatu pandangan sejarah di mana individu manusia hanya bersikap pasif belaka. Menurut Marx manusialah yang menciptakan sejarahnya sendiri, meskipun kegiatan kreatifnya ditentukan dan terikat materil dan sosial yang ada. Meskipun manusia bisa membuat sejarahnya sendiri, Ia tidak dapat membuat semaunya sendiri.
Meskipun pendekatan teoritis Marx keseluruhannya dapat diterapkan pada tahap sejarah apapun (seperti peristiwa perjuangan revolusioner kaum borjuis melawan sistem sosial tradisional yang didominasi kelompok Aristokrat. Dalam perjuangan melawan sistem feodal kuno, kelas borjuis memperlihatkan proses umum yang sama yang berhubungan dengan peningkatan komunikasi, bertambahnya kesadaran kelas, organisasi politik,, dan perkembangan suatu ideologi pendukung), akan tetapi perhatian utamanya adalah pada tahap masyarakat kapitalis – sejak berkembangnya masyarakat kapitalis pada akhir masa feodal, ketegangan-ketegangan dan kontradiksi-kontradiksi internalnya, dan akhirnya bubar dan berubah menjadi masyarakat komunis yang akan datang melalui kegiatan revolusioner kelas proletar.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari berbagai penjelasan di atas, maka dapat kami simpulkan pengertian dari kesadaran kelas itu sendiri adalah kesadaran seseorang akan kedudukannya dalam susunan tinggi-rendah di dalam masyarakat. Dan kesadaran kelas muncul ketika kelas proletar terpusat pada satu, karena dengan cara itu mereka akan sadar akan penderitaan bersama dan kemelaratan ekonomi yang mereka alami.
perubahan sosial dapat dilakukan dengan perjuangan kelas dalam konteks ini adalah proletar, yang perjuangan kelas tersebut dilakukan dengan cara revolusi baik dengan menggunakan kekerasan maupun dengan damai. Sehingga revolusi tersebut dapat menghasilkan sesuai apa yang diramalkan marx yaitu masyarakat ideal yang tanpa kelas yang istilah populernya komunisme atau masyarakat komunis.

B.     Saran
Demikian makalah ini kami sampaikan. Kami sadar bahwasanya makalah ini jauh dari kesempurnaan maka dari itu penulis menerima kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini.




Daftar Pustaka
Budi Hardiman, F. 2007. Filsafat Modern. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Elster, John. terj. 2000. Karl Marx. Marxisme – Analisis Kritis. Jakarta: Penerbit Prestasi Pustakaraya.
Fuellenbach, John. 1989. Hermeneutics Marxism and Liberation Theology. Manila: Divine Word Publication.
Hamersma, Harry. 1986. Tokoh-tokoh Filsafat Barat Modern. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Magnis-Suseno, Franz.  1994. Etika Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
----- 1999. Pemikiran Karl Marx.  Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Ramly, Andi Muawiyah2000. Peta Pemikiran Karl Marx. Materialisme Dialektis dan Materialisme Historis. Yogyakarta: LkiS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan tuangkan komentarmu..... ^_^